Sabtu, 23 Juli 2011

Mencuci oh mencuci

Mencuci... ? Aaaaarrggghhhhh...!!!

Kami menikah 1 tahun yang lalu, saat dimana saya masih kecil dan ogah-ogahan melakoni pekerjaan rumah. Bukan berarti tidakbisa, saya bisa melakukan semuanya mendekati sempurna. hyaaa... setidaknya cukup lah ya untuk lulus tes sebagai ibu rumah tangga. Dari sekian tetek bengek kerumah tanggaan, ada 1 pekerjaan yang tidak akan saya lakukan kecuali terdesak dan sama-sekali tidak ada pekerjaan lain atau, mempunyai terlalu banyak waktu luang sehingga untuk bermalas-malasan rasanya over dosis. nah lho? yaitu M.E.N.C.U.C.I, yap saudara-saudara, tak peduli peralatan makan, memasak, dan baju serta badan, kecuali bab badan, masih bisa diakali dengan mandi air hangat pasti langsung semangat.

Awal menikah, saya berusaha mati-matian untuk mencintai pekerjaan itu. Walau ya, lebih sering menangis sambil mencuci dengan pintu kamar mandi tertutup. hyaaa... sebegitu bencinya..

bukan tanpa sebab, saya bukan tipe cewek rumahan yang setia dengan pekerjaan rumah, tapi gampang mendidih jika ada yang tidak beres dengan rumah. pusing deh. dulu cita-cita saya, kalau saya menikah, saya ingin sekali menikah dengan laki-laki yang dalam taraf finansial bukan masalah lagi. oke bisa dibilang kaya, uhmmm tidak-tidak, setidaknya lebih dari berkecukupan. hehehe... setidaknya selalu ada uang lebih untuk membeli rumah, mobil, dan peralatan yang memudahkan pekerjaan rumah saya, ditambah komputer dan line internet.

uhhmmm lebih spesifiknya, rumah cukup untuk anak-anak dgn kamar sendiri-sendiri, ada kebun di belakang rumah,ada halaman yang bisa untuk bermain bola dan menanam bunga-bunga kesukaan saya. Perabotan sederhana saja, tak perlu muluk, peralatan wajar saja. kendaraan, mobil 1 yang muat dan nyaman untuk sekeluarga dan 2 atau 3 motor ditambah beberapa sepeda. nah, gampang kan?

sayangnya, beberapa bulan sebelum menikah kepala saya diisi dengan berbagai impian-impian yang menyiksa saya sampai sekarang, ya, syukurlah sudah sedikit-sedikit berkurang seiring berjalannya waktu.

Hyaaa... saya maklum, suami mempunyai ibu seorang ibu rumah tangga, jadi ya wajar jika dia berharap banyak saya dapat peran yang sama dengan ibunya. dan saya juga harus bersabar, karena terbiasa hidup sederhana dengan ayah saya sebagai PNS yang uang selalu mengalir dan pasti ada walau hidup kami tak mewah, dan sekarang saya harus menyesuaikan dengan suami yang seorang pengusaha, ada ya alhamdulillah nggak ada ya kembali lagi, sabar !!! ya, saya harus siap lahir batin dengan jantung yang jedag-jedug mengahadapi sesuatu antara ada dan tidaknya. Ahhhh...

terkadang saya ingin lari dari kehidupan saya sekarang, jika hampir tidak kuat mengerjakan ppekerjaan-pekerjaan rumah yang tidak saya senangi. tapi apa bisa dikata, suami saya menginginkannya. setidaknya dia bisa bersabar jika saya sedang pada titik didih tertinggi dalam tekanan dan berakibat saya tidak mau melakukan apa-apa, hanya di depan komputer. mengetik dan mengetik. berharap menemukan obat pelipur lara dan pengendur syaraf.

suami saya orang yang pengertian, dia berusaha meringankan beban saya dengan membantu mengerjakan pekerjaan rumah saya, yaaa... walau sebenarnya selalu menimbulkan duka lara. misalnya suami menyapu, eh di bawah meja atau dibeberpa tempat masih ada kotoran yang berpesta dengan jumawa, atau mencuci piring, ya beberapa perabotan masih terasa lengket dan kurang nyaman dieganggam, bau amis yang belum sepenuhnya tewas atau masih ada beberapa perbaotan yang belepotan terlupakan. yang paling menggelikan adalah mencuci baju.

Saya mengagendakan mencuci baju tidak setiap hari, karena ya semua orang tau,mencuci baju membutuhkan banyak tenaga. suami saya sih niatnya baik, mengumpulkan baju-baju dan merendamnya, tapi ya dasarnya suami sama-sama tidak menyukai kegiatan cuci mencuci baju. suami saya hanya sebatas itu melakukannya. dan karena hari itu saya memang tidak mengagendakan pencucian, jadilah rendaman berumur lebih dari 1 hari dan menimbulkan aroma yang luar biasa, dan akhirnya, saya harus bekerja super eksra keras, bukan hanya menghilangkan noda, tapi bertambah menghilangkan bau., suami saya, taunya baju bersih sudah tidak bau lagi.!! dan merendam lebih dari 1 hari 1 malam itu tidak apa-apa. nah puyeng kan?

yaaaa... saya juga pernah melancarkan aksi protes, membiarkan cucian rendaman suami. akhirnya suami saya juga bertekad mencucinya, dan waktu itu sadarlah suami saya, menambahkan agenda belanja mesin cuci. tau dia mencuci bagaimana rasanya... (mungkin karena selama tinggal bersama orang tua. suami saya terbiasa dicucikan ibunya dan mencucidengan mesin cuci, maka dia tidak tau penderitaan mencuci dengan tangan). saya sedikit senang sekali, setidaknya kegiatanb mencuci sedikit menyenangkan dari sebelumnya. dan oooohhhh... agenda pemebelian itu tertunda dan terganti. mungkin suami lupa kali ya... sudahlah, tidak ada gunanya saya mengadu.

kali ini saya harus mencuci lagi, biarlah, tangan saya yang alergi sabun ini mengelupas setelahnya, toh berkali-kali saha curhat suami tidak menghiraukan. berdoa saja semoga suami lekas duiberi rezeki yang banyak, sehingga saya bisa segera melakukan aktifitas yang saya impikan dari dulu, ibu rumah tangga juga enggak, wanita karir juga enggak. pokoknya tebes deh…

Surprise… akhirnya saya punya mesin cuci… !!!
Terima kasih suamiku yg ganteng…